He’s just not that into you (2009)

9 10 2010

Director : Ken Kwapis
Starring : Ben Affleck, Jennifer Aniston, Jennifer Connelly, Scarlet Johansson, Drew Barrymoore, Kevin Connolly, etc

Dari judulnya aja, jelas fim ini film drama hollywood tentang percintaan. Kisah tentang relasi cinta antara mereka yang telah memutuskan menikah atau tinggal bersama, hingga mereka yang masih bebas dan mengharap cinta.

Seperti film-film drama romantis hollywood lain, film ini–menurutku–berakhir biasa saja, sekalipun banyak bintang bermain di film ini sebut saja Ben Affleck, Jennifer Aniston, Jennifer Connely, Scarlet Johansson, hingga Drew Barrymoore . Di awal film, mungkin kita diajak merefleksikan ‘what’s the importance of marriage’… kalau dua orang sudah bisa saling mengerti satu sama lain, berkomitmen, dan bisa menjalaninya tanpa beban buat apa menikah…

Ada satu dialog antara Bethy (Jennifer Aniston) dan Neil (Ben Affleck) yang merefleksikan renungan itu. Setelah menikah, seseorang akan melakukan hal itu bukan semata-mata karena dia senang melakukannya (untuk pasangannya tentu saja). Tapi karena mereka sudah menikah. JAdi hal ini seolah-olah menunjukkan ketika kita menikah, pembagian peran secara otomatis terjadi. Istri harus seperti ini, suami harus seperti ini. Tidak ada lagi niat hati terdalam. Tapi, ketika belum ada yang mengikat dua orang, selalu ada niat tertentu ketika melakukan sesuatu, sesuatu yang membahagiakan. Mungkin begitu maksudnya…

Untuk memperkuat anggapan itu, beberapa scene menggambarkan kehidupan  mereka yang telah menikah. sangat tidak menyenangkan, penuh kepalsuan, dilingkupi rasa bosan, dan tak ada gairah. Namun, di akhir film, anggapan yang senantiasa diperkuat sepanjang film jelas diputarbalikan habis-habisan. Happy Ending. Bukan memberi sudut pandang lain atas satu isu, tapi bagaimana membuat penonton senang. Dan ini terjadi di film ini..

Di awal film, aku cukup respek dengan keputusan Neil untuk tidak menikah, dan akhirnya mereka berpisah karena Bethy tidak sanggup hidup bersama terus tanpa tujuan pasti (yaitu menikah). Aku kira itu prinsip yang hanya sedikit orang yang mampu memegangnya. Namun, nyatanya di akhir film, demi membuat Bethy bahagia, prinsip itu dilawan. Jelas, ini hanya untuk membuat penonton juga bahagia. Jadi, selama ini dia cuma omdo toh? berkoar tentang prinsipnya?!

Kisah cinta lain di film ini juga sama biasanya dan aku masih heran apa yang membuatku meneruskan film ini sampai credit title. Oh, mungkin dia! Scarlett Johansson yang bermain lumayan dibanding yang lain (bahkan untuk seorang Jennifer Aniston loh). Kalau dia memang diposisikan sebagai cewe penggoda, berarti dia berhasil memainkannya. Tapi, kenapa cewe penggoda selalu digambarkan begitu sexy, blondie, tinggi, dan oh…that’s boops uhh…

Nah, itu dari segi naratif. Dari segi teknis seperti sinematografi dan mise-en-scene, aku tidak bisa berkata banyak karena aku juga tidak terlalu fasih dalam hal itu. Sebagai awam, aku melihat angle kameranya biasa saja, seolah ingin bermain ‘aman’ dan tidak berani bereksplorasi. Bahkan ada satu shot, dimana pengambilan gambar terasa amat kasar dan memakan waktu yang lumayan lama yaitu ketika ingin menshot SCarlet yang tengah berpikir di atas tempat tidurnya, namun pengambilan gambar dilakukan dari pintu, berjalan terus, baru sampai ke kasur, pergeseran kameranya pun terasa ‘dret-dret’ maksudnya ga mulus. Mungkin kalo diambil dari rentang jarak yang tidak terlalu jauh dan mulus, hasilnya akan lebih enak diliat.

Semoga sebenarnya ada sesuatu yang luput dari pandanganku, yang menjadikan film ini bukan sekedar film hollywood biasa, yang dibuat karena ada tuntutan produksi industri perfilman raksasa hollywood. Hmm…


Actions

Information

Leave a comment